𝗪𝘂𝗷𝘂𝗱𝗸𝗮𝗻 𝗚𝗲𝗻𝗲𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗠𝘂𝗱𝗮 𝗕𝗲𝗿𝗯𝘂𝗱𝗮𝘆𝗮, 𝗦𝗺𝗮𝗻𝘀𝗲𝗿 𝗚𝗲𝗹𝗮𝗿 𝗣𝗮𝘀𝗿𝗮𝗺𝗮𝗻 𝗞𝗶𝗹𝗮𝘁
![](../uploads/berita/c19397f6cd9bc7f17956c7ddbda5035d.jpg)
SERIRIT - Dalam rangka mewujudkan generasi muda yang berbudaya, SMA Negeri 1 Seririt memanfaatkan liburan semester ganjil tahun pelajaran 2023/2024 dengan menyelenggarakan kegiatan Pasraman Kilat. Kegiatan berlangsung selama dua hari yaitu tanggal 28 s.d 29 Desember 2023 dan dibuka secara resmi oleh Kepala Sekolah yang diwakili Waka Humas pada Kamis (28/12) kemarin. Turut hadir staf pimpinan, panitia, dan peserta dari siswa kelas X yang beragama Hindu.
Ketua panitia kegiatan Ni Komang Tria Hinduani, S.Pd dalam laporannya mengatakan bahwa kegiatan Pasraman Kilat dilakukan dengan tujuan untuk membina karakter serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan anak-anak sehingga liburan siswa dapat diisi dengan hal-hal yang positif. Kegiatan ini terlaksana sesuai dengan edaran Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Bali No B.31.420/3687/UPTD.BPTKK/Dikpora tertanggal 7 Desember 2023 tentang Pelaksanaan Pasraman Kilat. Selama dua hari, ada beberapa materi yang diberikan kepada siswa diantaranya tentang Etika Berbahasa Bali, Etika Berbusana Adat Bali, Budi Pekerti, Yoga, Dharmagita, dan Praktik Upakara. Adapun narasumber yang mengisi kegiatan ini yaitu berasal dari guru-guru SMA Negeri 1 Seririt.
Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Seririt yang diwakili oleh Waka Humas I Kadek Mustika, S.Pd.B., M.Pd dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan pasraman kilat sesungguhnya sangat penting untuk membina karakter atau sikap siswa. Kegiatan ini juga sejalan dengan visi sekolah khususnya pada aspek cerdas, utamanya cerdas emosional dan spiritual. "Kegiatan seperti ini sangat penting untuk pembinaan karakter dan jati diri anak-anak sehingga menjadi generasi muda yang berbudaya" terangnya.
Lebih lanjut disampaikan untuk mewujudkan generasi muda yang berbudaya maka siswa harus dibekali dengan wawasan atau pengetahuan tentang budaya. Sebagai orang Bali siswa diharapkan dapat menggunakan bahasa Bali sesuai dengan tatanan atau aturan anggah-ungguhing basa dan juga berbusana dengan baik. Berbahasa dan berbusana yang baik juga harus diikuti dengan budi pekerti atau perilaku yang baik. Sebagai orang Bali dengan identitas budaya Bali maka siswa juga diharapkan dapat melakukan praktik keagamaan dengan baik seperti madharmagita, majejaitan, dan membuat sarana upakara lainnya. (hms/mus)